Franz Beckenbauer: Legenda Piala Dunia


AFP
Adalah sebuah kebanggaan besar bagi tiap pesepak bola membawa negaranya menjuarai Piala Dunia. Begitu juga bagi pelatih, pencapaian terbesar mereka adalah saat mampu membawa negaranya mengangkat trofi supremasi tertinggi sepak bola. Hanya ada dua orang yang mampu melakukannya, namun hanya satu yang melengkapinya dengan memimpin penyelenggaraan Piala Dunia di negaranya. Orang yang beruntung itu adalah Franz Anton Beckenbauer.

Beckenbauer memulai karirnya bersama SC Muenchen 06 yang bermarkas di depan rumahnya. Di Muenchen 06 Beckenbauer telah menunjukkan bakatnya sebagai pesepak bola. “Anda akan mengetahui jika penonton menyukaimu. Anda mendapat sesuatu yang lebih saat memenangkan pertandingan. Anda menyadarai bahwa anda sedikit lebih baik dari yang lain,” kenang Beckenbauer.

Pada 1959 Muenchen 06 membubarkan tim yunior. Beckenbauer pun berniat melanjutkan kiprahnya bersama TSV 1860 Muenchen, klub yang ia dukung sejak kecil. Kebetulan pertandingan terakhir yang dimainkan Muenchen 06 adalah melawan TSV 1860 di final kejuaraan U-14.

Pertandingan tersebut tak hanya menjadi pertandingan terakhir tim muda Muenchen 06 namun juga mengubah haluan karir Beckenbauer. Bahkan jika dirunut jauh ke depan, pertandingan tersebut turut menjadikan sepak bola Jerman seperti sekarang.
Pertandingan Muenchen 06 melawan TSV 1860 itu berlangsung keras. Beckenbauer sempat terlibat adu fisik dengan pemain Die Loewen. Kesal atas perlakuan para pemain TSV 1860, Beckenbauer membatalkan niatnya bergabung. Sebaliknya ia justru memilih bergabung dengan Bayern Muenchen, seteru abadi TSV 1860.
Merangkak dari tim junior, Beckenbauer berhasil meraih tempat di tim senior Bayern dan membawa Die Roten promosi ke 1. Bundesliga (Divisi 1 Bundesliga) pada 1965. Penampilan memikatnya di lini tengah membuat Helmut Schoen memberinya kesempatan bermain di timnas Jerman Barat pada kualifikasi Piala Dunia 1966.
Penampilannya di level klub berhasil dibawa ke timnas. Beckenbauer pun ikut dalam skuat yang berangkat ke Piala Dunia Inggris 1966. Inilah Piala Dunia pertama Beckenbauer. Di negeri penemu sepak bola itu, Beckenbauer menjadi pemain penting Jerman Barat. Dua gol yang dicetaknya di pertandingan pertama menghadapi Swiss membantu Jerman Barat meraih puncak klasemen Grup 2. Die Nationalmannschaft pun lolos ke fase knock-out.

Dua gol kembali disumbangkan Beckenbauer di babak knock-out. Satu gol melawan Uruguay di perempat final dan satu lagi ke gawang penjaga gawang legendaris Uni Soviet Lev Yashin di semifinal.  Jerman Barat pun mencapai final untuk menantang tuan rumah Inggris.

Penampilan gemilang Beckenbauer bukan tak mendapat perhatian Inggris. Pelatih Alf Ramsey sampai menugaskan salah satu pemain terbaiknya Bobby Charlton untuk mengawasi pemain kelahiran 11 September 1945 itu.  Begitu pula sebaliknya Beckenbauer mendapat tugas mengawal Charlton.

“Saya mendapat tugas untuk mengawasinya, sepanjang pertandingan,” kenang Charlton mengenai tugas untuk mengawal Beckenbauer di final.

Hal senada diungkapkan Beckenbauer: “Bobby Charlton dikenal karena kreativitasnya. Ia senantiasa bergerak selama 90 menit. Ia memiliki paru-paru seperti kuda dan aku harus mengejarnya sepanjang pertandingan.”

Kedua pemain ini pun saling mematikan satu sama lain. Dalam hal ini keduanya sukses memainkan peran, tak satupun dari Charlton dan Beckenbauer berhasil mencetak gol meski pada akhirnya Charlton yang tersenyum lebar pada hari itu.

Tiga gol Geoff Hurst membawa Inggris menang atas Jerman Barat 4-2 setelah melewati babak perpanjangan waktu. Satu gol Hurst di babak perpanjangan waktu menjadi salah satu gol paling kontroversial dalam sejarah Piala Dunia. Meski bola sepakan Hurst memantul keluar gawang wasit tetap meberikan  gol. Para pemain Jerman Barat memprotes gol tersebut karena bola belum sepenuhnya melewati garis gawang. Gol tersebut selanjutnya oleh publik Jerman dikenal dengan sebutan “Wembley Tor”.

Usai final di Wembley Beckenbauer memasuki masa keemasan karirnya. Ia mengantar Bayern meraih menjuarai Piala Winers 1967 serta Bundesliga 1969. Akhir tahun 60-an juga menjadi fase transformasi Beckenbauer menjadi libero.

Meski telah mengisi posisi libero di Bayern sejak akhir 1960-an, Beckenbauer tetap menjadi pemain tengah di timnas. Baru setelah Piala Dunia 1970 Schoen memainkan Beckenbauer di posisi legendarisnya. Hasilnya langsung terlihat, Jerman Barat berhasil menjuarai Euro 1972. Dua tahun kemudian gelar tersebut semakin lengkap dengan raihan Piala Dunia 1974 di negeri sendiri.
Selain permainannya di lapangan, Beckenbauer juga dikenal karena pengaruh dan kepemimpinannya. Piala Dunia 1974 adalah bukti nyata bagaimana Der Kaiser memainkan pengaruhnya untuk meraih juara.

Pada pertandingan ketiga putaran grup, Jerman Barat harus takluk 0-1 dari sang saudara Jerman Timur. Kekalahan tersebut menimbulkan friksi di tubuh Jerman Barat. Para pemain kehilangan kepercayaan terhadap pelatih Schoen. Sang pelatih bahkan enggan bertemu para pemainnya.

Situasi ini memaksa Beckenbauer tampil. Sebagai tangan kanan pelatih sang kapten harus mampu menguasai ruang ganti. Ia bahkan turut berandil dalam penyusunan taktik dan komposisi pemain. Skysports dalam acara Football Greatest bahkan menyebut Beckenbauer-lah yang mengendalikan tim, bukan Schoen.  Sejumlah pemain inti yang tidak maksimal dikritik, bahkan diturunkan ke bangku cadangan.

“Saya termasuk salah satu dianggap tidak maksimal. Skuat dibangun ulang. Franz sangat marah. Saya dikorbankan pada pertandingan selanjutnya melawan Yugoslavia,“ sebut anggota skuat Jerman Barat Uli Hoeness.

Perubahan yang dibawa Beckenbauer langsung mengembalikan Jerman Barat ke jalur kemenangan. Piala Dunia 1974 pun akhirnya diraih berkat kemenangan 2-1 atas Belanda. De Oranje sendiri pada masa itu merupakan salah satu kesebelasan yang paling ditakuti. Sepak bola revolusioner Total Voetbal besutan pelatih legendaris Rinus Michels menjadikan Belanda tim yang menakutkan. Belum lagi kehadiran Johan Cryuff salah satu pemain terbaik yang pernah ada.

Belanda sendiri tampil di final dengan motivasi tinggi. Serangan Jerman ke negeri kincir angin di Perang Dunia II menjadi sentimen tersendiri bagi para pemain.

Kombinasi taktik revolusioner serta motivasi tinggi pemain Belanda membuat mereka unggul cepat. Gol penalti Johan Neeskens di menit kedua bahkan terjadi sebelum pemain Jerman Barat sempat menyentuh bola!

“Kami ingin mempermalukan Jerman. Itu bukan sesuatu yang kita pikirkan tapi kami melakukannya. Kami mulai memainkan bola dan lupa mencetak gol kedua,” sebut penyerang Johnny Rep.

Jerman Barat akhirnya membalikkan keadaan sebelum babak pertama berakhir. Dua gol dari Paul Breitner dan Gerd Mueller bahkan tak mampu dibalas Belanda hingga peluit panjang ditiup. “Tertinggal satu gol baik bagi kami,” sebut Beckenbauer. “Para pemain Beanda mulai mengendurkan tekanan dan kita mampu kembali ke pertandingan. Sekali anda mengendurkan permainan anda tak akan mudah untuk kembali mengambil inisiatif.”

Dua gelar Internasional yang diraih Beckenbauer pada tahun 70-an semakin lengkap dengan prestasinya di Bayern.  Bersama Die Roten Beckenbauer meraih tiga gelar Piala Eropa (Piala Champions) 1974-1976. Gelar tersebut turut menjadi fondasi Bayern Muenchen untuk menjadi salah satu  raksasa Eropa. Beckenbauer memutuskan gantung sepatu pada 1983. Setahun kemudian  ia dipercaya menangani Jerman Barat yang gagal bersinar. Meski tak memiliki pengalaman melatih Jerman Barat berhasil dibawanya meraih posisi terhormat.

Runner-up Piala Dunia 1986 mencapai pencapaian pertama Beckenbauer sebagai pelatih. Empat tahun kemudian di Italia 1990 Jerman Barat dibawanya menjadi juara dunia setelah menang 1-0 melawan Argentina yang diperkuat Diego Maradona. Kemenangan di Italia menjadikan Beckenbauer orang pertama yang meraih juara dunia sebagai kapten dan pelatih. Ia juga menjadi pemain kedua setelah Mario Zagallo yang melakukannya sebagai pemain dan pelatih.
AFP

Kisah manis Beckenbauer tak berhenti di situ. Jiwa kepemimpinannya membawa Beckenbauer ke pucuk pimpinan Bayern Muenchen. Federasi Sepak bola Jerman (DFB) bahkan memberinya kepercayaan untuk mempimpin bidding Piala Dunia 2006. Pemilik 103 caps internsional ini sukses menjalankan tugasnya dengan membawa event olahraga terbesar ke tanah Jerman.  Lebih jauh lagi, ia sukses memimpin penyelenggaraan Piala Dunia.

AFP/Oliver Lang

Kesuksesan pascagantung sepatu inilah yang membedakan Beckenbauer dengan legenda sepak bola lainnya. Maradona menghabiskan waktunya dengan pesta dan obat-obatan terlarang. Pele sering menjadi bahan olok-olok karena prediksinya yang sering meleset. Pencetak 60 gol bagi Bayern Muenchen ini tetap aktif meski dari belakang meja. Kontribusi usai pensiun inilah yang menjadikan Beckenbauer legenda sejati.

0 komentar: