Bandara Kemayoran, Kebanggaan Nasional yang Kini Terabaikan


13794864051145468519
Terminal Bandar Udara Internasional Kemayoran Tahun 50-an
Anda termasuk Jakmania alias pendukung fanatic Club Persija? Selamat untuk Anda, karena dengan itu hidup Anda terasa lebih bergairah. Namun apakah Anda termasuk Jakmania ataupun bukan, (hampir) semua orang (Indonesia) tahu bahwa julukan klub sepakbola tempat Bambang Pamungkas berkarir itu adalah “Macan Kemayoran”. 

Entah siapa yang memilih nama itu? Yang jelas, brand Kemayoran adalah merek yang sudah populis sampai ke manca Negara sejak awal kemerdekaan. Tidak lain karena nama kemayoran adalah nama sebuah Bandar Udara Internasional pertama di negeri ini.

Indonesia patut berbangga, sejak 8 Juli 1940 telah memiliki Bandar Udara Internasional Kemayoran yang berada di sisi timur laut Jakarta Pusat berbatasan dengan Jakarta Utara sekarang. Saat itu pembangunan dan pengelolaan bandara dilakukan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Adalah KNILM (Koningkelije Nederlands Indische Luchtvaart Maatschapij), sebuah perusahaan penerbangan milik Hindia Belanda dipercaya mengelola bandara ini.
13794867131234745958
Ruang Tunggu Bandara Tahun 50-an
Uji coba penerbangan internasional telah dimulai sehari sebelum resmi dibuka, pada 7 Juli 1940, dengan menerbangkan pesawat jenis DC-3 beregistrasi PK-AJW, dari Kemayoran menuju Australia.
1379486849826674259
Pesawat Jenis DC-3 (Banjarmasin 1936)
Selanjutnya bandara ini mengalami fase-fase bersejarah penerbangan dari dan ke Indonesia, mulai jaman pendudukan Jepang hingga jaman kemerdekaan, pada saat orde lama maupun orde baru, penerbangan militer maupun sipil, menjadi saksi betapa kebesaran bandara ini menandai perjalanan Negeri eks jajahan Belanda ini.

Aneka catatan sejarah penerbangan tak bisa lepas dari kenangan Bandara Kebanggaan di awal lahirnya Republik ini. Berbagai jenis pesawat telah menjajal kehebatan bandara, mulai dari pesawat bermesin torak (Fokker F-VIIb-3), pesawatbermesin turbo (Fokker Friendship), hingga pesawat bermesin jet (Fokker F-28). Bahkan tak kurang pesawat berbadan lebar generasi awal seperti Boeing 747 seri 200, DC-10 dan Airbus A-300 mendarat dan terbang di bandara ini.

Peristiwa kelabu penerbangan pun tak urung tercatat dengan sangat baik. Sebut saja Beechcraft yang mengalami kecelakaan ketika mendarat. Atau Convair-340yang mendarat tanpa roda. DC-3 Dakota yang terbakar serta DC-9 yang mengalami patah badan ketika mendarat di landasan. Pun kenangan mengerikan Fokker F-27 yang menukik ke bawah hingga hancur terbakar ketika tinggal landas pada sebuah moment latihan. Tercatat juga penerbangan misterius sebuah pesawat yang tidak pernah kembali lagi ke Bandar udara manapun setelah tinggal landas dari Bandara Kemayoran.

Satu kebanggaan lain adalah disebut dan digambarkannya bandara ini dalam salah satu episode komik Tintin “Penerbangan 714 ke Sidney” yang menampilkan gambar menara pemandu Bandara Kemayoran sesuai kondisi sebenarnya.

Hingga akhirnya pemerintah menghentikan pengoperasian Bandara ini pada tanggal 1 Januari 1983, setelah sejak 1975 penerbangan internasional dialihkan sementara di Bandar Udara Halim Perdanakusuma. Setelah itu 1,5 tahun kemudian, pada 1 Juni 1984, Bandara Internasional Kemayoran resmi berhenti beroperasi dan semua penerbangan sipil dipindahkan ke Bandar Udara Internasional Sukarno-Hatta yang telah resmi beroperasi sejak tanggal 1 Januari 1984.

Itulah kilas balik Bandara Internasional pertama milik Negeri Gatot Kaca ini. Catatan sejarah yang tak seharusnya dilupakan apalagi hilang dari ingatan generasi setelahnya.
1379487049292228942
Bekas Terminal Bandara (2012)
Ketika pada tahun 2006 sampai dengan 2012 saya bertugas di sebuah kantor di kawasan Eks Bandar Udara Internasional ini, saya tidak lagi mendapati kemegahan sebuah bandara internasional. 

Sisa-sisa sejarah penerbangan itu masih bisa dirasakan dari lokasi tersebut jika kita menghubungkan satu titik ke titik lain, satu bangunan eks bandara ke bangunan lain, satu ruas jalan eks bandara ke ruas jalan lain. 

Dengan cara itu bisa dirangkai kembali sebuah rekonstruksi bahwa tempat itu dulunya adalah sebuah bandara. Tanpa rekonstruksi seperti itu, agak sulit kita menerjemahkan tempat tersebut dulunya digunakan untuk apa.

Paling-paling kita hanya menangkap sebuah suasana berbeda dari tempat lain, seperti ruas-ruas jalan yang lebar, berkonstruksi kokoh, dan sepi. Atau bangunan-bangunan bertingkat rendah cukup luas tapi sudah mulai tak terurus, ditambah dengan halaman luas menghampar di sekelilingnya.

Area lain di kawasan itu yang mengesankan jejak bandara sudah dikaburkan oleh bangunan-bangunan baru yang berdiri tinggi menjulang, baik berbentuk kantor pemerintah, BUMN, maupun swasta, serta deretan apartemen yang tidak terlihat hiruk pikuk seperti area hunian di Jakarta pada umumnnya. 

Keramaian ala Jakarta baru bisa ditemui di lokasi berdirinya Rusun Kemayoran yang pada akhir 2012 sudah mulai usang dimakan usia.

Ada pula pusat perdagangan mobil, Pasar Mobil Kemayoran, yang sepi-sepi ramai, pasalnya jumlah mobil yang dijajakan di sana lebih banyak dari pengunjung. Para pengunjung itu tidak hanya datang untuk mencari mobil, tetapi lebih banyak yang hanya sekedar bertandang ke bengkel service mobil atau hanya untuk mencari sparepart mobil berbagai merek yang memang tersedia cukup lengkap di sana.

0 komentar: