Masih ingatkah Anda dengan pesepakbola bernama Maniche? Bagi Anda yang sudah menggemari sepakbola sejak periode awal milenium, pasti tak asing dengan sosok gelandang enerjik asal Portugal satu itu.
Tepat pada hari ini, 11 November 2014, pemain yang gemar mengenakan bandana di kepalanya itu merayakan hari ulang tahunnya yang ke-37. Perjalanan hebatnya sebagai pesepakbola membuat dirinya masih sangat dicintai dan dikenang di Portugal.
Kisah Maniche bermula di tim junior Benfica pada musim 1995/96. Sempat dipinjamkan ke FC Alvercaselama tiga musim, pemain yang mengawali kariernya sebagai
winger itu kemudian kembali ke klub induknya pada musim 1999/00.
Menjelma sebagai bintang tiga musim lamanya di Estadio Da Luz, pemain bernama asli Nuno Ricardo de Oliveira Ribeiro, kemudian dijuluki Maniche. Julukan itu merujuk pada permainannya yang mrip legenda
As Aguias di periode 1980-an,
Michael Manniche. Pada akhirnya julukan itu terus melekat dan jadi nama panggungnya di dunia sepakbola.
Karier Maniche kemudian mencapai puncaknya bersama FC Porto, yang mulai dibelanya sejak musim 2002/03. Manajer
Do Dragaoes kala itu, Jose Mourinho, kemudian menggeser posisinya sebagai
winger menjadi seorang gelandang tengah.
Hasilnya? Sungguh brilian, karena di musim perdananya Maniche jadi sosok sentral melejitnya Porto di liga domestik dan Eropa. Tak main-main karena kontribusi krusialnya, tim berjuluk
Poristas itu sukses merengkuh empat gelar sekaligus, meliputi Piala Super Portugal, Piala Portugal, Liga Portugal, dan Piala UEFA.
Segalanya makin menjadi manakala Porto kembali diantarkannya panen gelar di musim selanjutnya, yakni 2003/04. Tim asuhan
The Special One, meraih Piala Super Portugal, Liga Portugal, dan yang paling sensasional adalah Liga Champions, dengan membantai AS Monaco 3-0 di partai puncak.
Maniche jadi bagian dari skuat emas Porto di musim 2003/04Kegemilangannya di level klub berlanjut ke tim nasional Portugal. Bersama rekannya di Porto, macam Jose Bosingwa, Costinha, dan Deco, ia bahu-membahu mengantarkan
Seleccao tampil brilian di Euro 2004, yang digelar di negaranya sendiri. Sayangnya mereka kalah dari Yunani di partai puncak.
Maniche kemudian jadi salah satu pemain yang paling menonjol dalam turnamen tersebut. Ia mencetak dua gol, dan gol-nya dalam kemenangan 2-0 atas Belanda di babak semi-final, terpilih sebagai gol terbaik turnamen.
Performa puncaknya terus bertahan hingga pagelaran Piala Dunia 2006 di Jerman. Maniche sukses membawa Portugal keluar sebagai semi-finalis turnamen. Gol semata wayangnya (lagi-lagi) ke gawang Belanda, yang meloloskan tim asuhan Luiz Felipe Scolari ke babak perempat-final, juga bakal selalu dikenang.
Setelahnya performa Maniche terus meredup, hingga kerap berpindah klub dari Dynamo Moskow, Chelsea, Atletico Madrid, FC Internazionale FC Koln, hingga berakhir di Sporting Lisbon pada 6 Juli 2011, karena cedera yang tak kunjung sembuh.
Selepas gantung sepatu sebagai pesepakbola, kini Maniche disibukkan dengan peran barunya sebagai asisten pelatih di klub Pacos de Ferreira. Ia mendampingi mantan duet sehatinya di lini tengah, Costinha, yang menduduki jabatan sebagai pelatih.
0 komentar: